Senin, 16 Maret 2009

IMBAS KRISIS GLOBAL SAMPAI KAPAN?
Sabtu, 11 Oktober 2008

Ketua Presidium Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Palar Batubara mempertanyakan sikap menteri di Kabinet Indonesia Bersatu menghadapi krisis keuangan global yang terkesan amat tidak punya konsep jelas. Hanya pintar berteori, membuat konsep-konsep ekonomi bila minim implementasinya.

Krisis ekonomi global telah terjebak pada sistem kapitalisme internasional sehingga sampai saat ini sepertinya tak ada persiapan jelas menghadapi krisis keuangan global yang berawal dari runtuhnya industri keuangan di Amerika Serikat. Mereka yang krisis kita yang ’’hancur-hancuran’’ seperti pada bursa saham sehingga menghentikan operasionalnya.

Seharusnya seorang Presiden RI sesungguhnya tak perlu berbicara masalah-masalah teknis seperti itu dalam kaitan tentang upaya menghadapi krisis keuangan global. Sertahkan pada ahlinya. Presiden memberi kebijakan dan sungguh-sungguh menjalankannya agar imbas krisis global tidak semakin parah dan berlangsung tahunan, seperti krisis 1998 lalu yang hingga kini masih dirasakan masyarakat im basnya.

Boleh saja Presiden Yudhoyono menyampaikan 10 langkah untuk menghadapi masalah tersebut. Empat di antaranya, yaitu gencarkan penggunaan produksi dalam negeri, tangkap peluang perdagangan internasional yang dapat dimanfaatkan, perlunya pemerintah menyatukan langkah strategis dengan Bank Indonesia (BI) serta jangan lakukan politik non partisan hadapi krisis itu.

Bank Indonesia (BI) katanya sudah menyiapkan cadangannya untuk menahan jatuhnya nilai rupiah akibat runtuhnya industri keuangan di Amerika Serikat yang dipastikan berdampak pada banyak negara, termasuk Indonesia.

Kalau tidak ada upaya sungguh-sungguh maka krisis ekonomi jilid-2 seperti tahun 1998 dipastikan akan terulang lagi. Deputi Gubernur BI Miranda Goeltom bertekad, pihaknya berusaha sekuat tenaga untuk menstabilkan nilai rupiah yang sempat anjlok, menembus Rp9600 per dolarnya kemarin.

Ajakan kepala negara agar masyarakat tidak panik menurut hemat kita sangat perlu dibuktikan. Masalahnya, kalau belum apa-apa seperti saat ini rupiah makin melemah lantas masyarakat memborong dolar maka yang terjadi adalah kepanikan di pasar uang. Di sinilah BI berperan untuk menstabilkan rupiah agar jangan sampai menembus Rp10.000 per dolarnya sebagai ambang batas toleransi. Kalau level Rp 10.000 itu terlewati maka dampaknya akan sangat luar biasa, karena masyarakat tidak akan percaya lagi dengan pemerintah dan BI.

Walaupun sudah ada antisipasi dari pemerintah dan BI, namun tidak ada salahnya masyarakat juga melakukan antisipasi untuk menyelamatkan aset dan keuangannya, karena bisa saja cadangan devisa yang dianggarkan pemerintahan SBY-JK ternyata hanya hitungan di atas kertas belaka sehingga tidak mampu menahan lajunya serangan krisis keuangan global.

Dampaknya, pertahanan pemerintah ikut rontok, dan kalau hal itu terjadi maka kehidupan rakyat semakin parah. Sungguh ’apes’ nasib rakyat kecil yang kehidupannya sudah sangat parah sekarang ini bila imbas krisis keuangan global sampai menghancurkan perekonomian Indonesia seperti satu dasawarsa lalu.=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar